Senin, 28 November 2011

ŀ
http://kangfatih.wordpress.com/
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen penting yang saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam
sistem tersebut adalah metode yang dipakai dalam proses pendidikan. Pengkajian
terhadap metode memang menjadi bahan diskusi yang aktual dan menarik untuk
diperbincangkan, sebab metode turut menentukan berhasil tidaknya proses
pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Bahkan
metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran
kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu
sendiri.
Cara penyampaian materi dengan komunikatif lebih disenangi oleh peserta
didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak begitu menarik. Oleh
karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian
keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya berfungsi sebagai
diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga metode pendidikan Islam yang
dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Metode Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pengaplikasikan Metode Pendidikan Islam ?
3. Apa sajakah macam-macam metode yang dapat digunakan dalam Pendidikan
Islam ?
http://kangfatih.wordpress.com/
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dalam Pendidikan Islam
Secara literal, istilah metode berasal dari bahasa yunani yaitu “metodos”.
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos”
yang berarti cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.1
Dalam kamus besar Indonesia, metode adalah suatu cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud.2 Sedangkan pendapat Runes sebagaimana
telah dikutip oleh Al-Rasyid dan Samsul Nizar menerangkan bahwa metode
adalah suatu teknik atau prosedur yang merumuskan aturan-aturan tertentu yang
dipakai untuk mencapai tujuan.3 Seiring dengan itu, Mahmud Yunus mengatakan
bahwa metode adalah jalan yang hendak ditempuh supaya sampai pada tujuan
tertentu, baik dalam lingkup perusahaan, perniagaan maupun dalam pengajaran.4
Berdasarkan definisi di atas, maka bila dikaitkan dengan proses pengajaran,
dapat dipahami bahwa metode dalam pendidikan Islam adalah cara atau prosedur
yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam mendidik serta didiknya sehinga tujuan
pendidikan Islam dapat tercapai secara efektif dan eifisen. Dalam membicarakan
metode mengajar ini, terdapat ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk tentang adanya metode yang digunakan malaikat Jibril dalam
menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yaitu :
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan alam semesta, Dialah
yang menciptakan manusia dari segumpul darah, bacalah dan Tuhanmu
1 M. Arifin. Ilmu Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. (Jakarta : Bina Aksara.
1994), 197
2 DEPDIKBUD. Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka. 1995), cet, 4. 652
3 Al-Rasyd & Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis. (Jakarta : Ciputat Press.
2005), 24
4 Mahmud YunusMengajar. (Jakarta : Pustaka Mahmudiyah., 1994), 17
http://kangfatih.wordpress.com/
3
amat mulia, yang mengajarkan dengan perantara kalam, mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.5
Secara lahiriah ayat di atas memberi suatu petunjuk tentang metode
mengajar bahwa pelajaran yang utama adalah pelajaran membaca. Di dalam
pelajaran membaca terkandung makna hendak memberikan pengetahuan.
Pengetahuan yang mula-mula diketahui manusia ialah nama. Dari mengenali
nama orang dapat membuat pengertian atau konsep ilmu pengetahuan.6
Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi jalan yang sebaik mungkin
bagi pelaksanaan pendidikan. Dari sudut filosofis, metode merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Penerapan metode yang tepat sangat berpengaruh
terhadap pencapain keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang
tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien.
Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa menggunakan lebih dari satu
macam (bervariasi). Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar
anak didik. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus
mempertimbangkan aspek efektivitas dan relevansinya dengan materi yang
disampaikan.7 Selan itu, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran yaitu tujuan yang ingin
dicapai, kemampuan guru, anak didik, situasi dn kondisi pengajara, fasilitas yang
tersedia, waktu yang diperlukan, serta kelebihan dan kekurangan sebuah metode.8
B. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pendidikan Islam
Prinsip merupakan asas atua dasar yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan metode pendidikan Islam
berarti prinsip yang dimaksud di sini adalah dasar pemikiran yang digunakan
5 DEPAG RI. & Terjemahnya (Semarang : Pustaka Setia. 1989), 1120
6 Abuddin Nata. Islam. (Jakarta : Logos . 1997), 18
7 Armai Aref& Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta : Ciputat Press. 2002), 39
8 Tayar . Metodologi Pengajaran Agama & Bahasa Arab. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1995),
7
http://kangfatih.wordpress.com/
4
dalam mengaplikasikan sebuah metode. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan
metode pendidikan Islam itu adalah :
1. Prinsip agama, yaitu fakta-fakat umum yang diambil dari sumber ajaran Islam
(Al-Qur’an dan Al-Hadits).
2. Prinsip biologis, yaitu prinsip yang meliputi pertimbangan kebutuhan jasmani
peserta didik dan tingkat perkembangannya.
3. Prinsip psikologis, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan psiklogis
seperti motivasi, emosi, minat, bakat dan kecakapan akal peserta didik.
4. Prinsip sosial, yaitu prinsip yang bersumber dari kehidupan sosial manusia
seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang
senantiasa maju dan berkembang.
5. Prinsip aktivitas, yaitu prinsip yang bersumber dari aktivitas peserta didik
untuk mengambil bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan.
6. Prinsip evaluasi, yaitu bersumber dari penilaian terhadap kemampuan yang
dimiliki peserta didik sebagai umpan balik untuk memperbaiki cara mengajar
di kemudian hari.9
C. Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam
Penjelasan tentang metode-metode yang dapat diaplikasikan dalam
pendidikan Islam dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut :
1. Metode Keteladanan
Keteladanan berasal dari kata teladan yang mempunyai arti perbuatan
yang patut ditiru.10 Dalam Al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata
uswah yang yang kemudian diberi sifat di belakangnya. Seperti sifat hasanah
yang berarti baik sebagaimana firman Allah yang tertera dalam surat Al-
Ahzab ayat 21 :
9 Oemar Muhhammad At- Pendidikan Islam. (Jakarta : Bulan Bintang. 1979), 75 lihat pula Al-Rasyid
& Samsul Nizar, op.cit, 27
10 DEPDIKBUD op.cit.1025
http://kangfatih.wordpress.com/
5
Artinya : “Dan sesugguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan
yang baik bagi orang yang mengharapkan Allah” (Q.S. Al-
Ahzab : 21)11
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW sebagai
pendidik dapat diteladani oleh umatnya sehingga hal ini mengantarkan beliau
pada keberhasilan. Keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang
baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang dan memiliki akhlak yang
baik dan benar. Secara psikologi, anak didik banyak meniru dan mencontoh
perilaku sosok figurnya termasuk di antaranya adalah para pendidik.12
Kelebihan dari metode keteladanan di antaranya :
1) Memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di
sekolah.
2) Memudahkan guru dalam menerapkan hasil belajarnya.
3) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
4) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh
siswanya.
Kekurangan dari metode keteladanan, di antaranya :
1) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk
mengikuti tidak baik.
2) Jika teori tanpa prakltek akan menimbulkan verbalisasme.
2. Metode Pembiasaan
Secara etimologi, asal kata pembiasaan adalah biasa yang berarti lazim,
umum atau sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan
11 DEPAG RI,op.cit, 686
12 Armai Arief. op.cit, 124
http://kangfatih.wordpress.com/
6
sehari-hari.13 Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti
proses. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran pendidikan Islam,
pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran
agama Islam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatklan oleh Imam Abu Daud
Nabi bersabda :
Artinya : “Amir bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya dia berkata
“Rasululah SAW bersabda : “Suruhlah anak-anakmu untuk
mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun”
(H.R. Abu Daud).14
Dari hadits di atas dapt dipahami bahwa sebelum anak mencapai usia
baligh maka orang tua disuruh untuk mengajak sholat anak-anaknya terutama
keitka ia berusia tujuh tahun, karena pada usia inilah saat yang sangat baik
untuk menanamkan pembiasaan kepada anak sehingga ketika si anak telah
mencapai usia baligh mereka sudah terbiasa untuk melaksanakan sholat. Oleh
karena itu, pembiasaan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan
nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak.
Kelebihan metode pembiasaan, di antaranya :
1) Dapat menghemat waktu dan tenaga dengan baik.
2) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga
berhubungan dengan aspek batiniyah.
3) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil
dalam pembentukan kepribadian anak didik.
Kekurangan metode pembiasaan, di antaranya :
1) Kelemahan metode ini adalah membutuhkan pendidik yang benar-benar
dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanam sebuah nilai
13 DEPDIKBUD, op.cit, 129
14 Hafizh Al-Munziry bey Arifin, Dkk. (Semarang : CV. Asy-Syifa. 1992). 256
http://kangfatih.wordpress.com/
7
kepada anak didik karena kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan
figure yang menjadi panutan dalam perilakunya.
3. Metode Pemberian Ganjaran
Dalam bahasa Arab ganjaran diistilahkan dengan kata tsawab yang
berarti pahala, upah dan balasan.15 Kata tsawab banyak ditemukan dalam Al-
Qur’an, salah satu di antaranya, yaitu :
Artinya : “Maka Allah memberikan ganjaran kepada mereka di dunia
dan di akhirat dengan ganjaran yang baik, dan Allah cinta
kepada orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Ali-Imran :
148).16
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kata “tsawab” identik dengan
ganjaran yang baik. Maka dalam kaitannya dengan pendidikan Islam ganjaran
adalah pemberian balasan yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik.
Ganjaran dapat menjadi motivator bagi peserta didik dan lebih besar
pengaruhnya dalam usaha perbaikan dari pada celaan atau sesuatu yang
menyakitkan.17
Kelebihan dari metode pemberian ganjaran, yaitu :
1) Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk
melakukan perbuatan yang positif.
2) Sebagai motivasi bagi anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang
telah memperoleh pujian dari gurunya.
Kelemahan dari metode pemberian ganjaran :
1) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara
berlebihan, sehingga mungkin bisa mengakibatkan murid merasa lebih
15 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Arab-Indonesia. (Yogyakarta : Pondok Pesantren Krapyak. 1996, cet
1, 638
16 DEPAG RI, op.cit. 100
17 Jamil Zaim. Petunjuk Muslim. (Jakarta : Pustaka Istiqomah. 1997) 13
http://kangfatih.wordpress.com/
8
baik dari teman-temannya, selain itu bisa menimbulkan iri hati pada siswa
yang lainnya.
2) Pada umumnya ganjaran membutuhkan biaya.
4. Metode Pemberian Hukuman
Hukuman merupakan siksa, hasl atua akibat yang dikenakan kepada
orang-orang yang melanggar aturan.18 Dalam bahasa Arab hukuman
diistilahkan dengan iqab yang berarti balasan.19 Di dalam Al-Qur’an kata iqab
menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan. Sebagaimana
firman Allah :
Artinya : “Dan barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka
sesunguhnya Allah amat keras siksanya” (Q.S. Al-Anfaal :
13).20
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kata iqab ditujukan kepada
orang-orang yang berpaling dari aturan-aturan Allah. Dari definisi ‘di atas
dapat dipahami bahwa hukuman adalah baslaan atas perbuatan yang tidak
baik yang telah dilakukan oleh peserta didik.prinsip pokok dalam
mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu bahwa hukuman adalah solsusi
terkahir dari metode-metode yang digunakan dan harus dilakukan secara
terbatas.21 Selain itu, hukuman yang diebrikan haruslah mengandung makna
edukasi dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik.22
Kelebihan dari metode pemberian hukuman, di antaranya :
1) Akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan murid.
2) Murid tidak lagi menimbulkan kesalahan yang sama.
18 Depdikbud, op.cit, 360
19 Attabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhda,op.cit, 1304
20 DEPAG RI.op.cit, 262
21 M. Arifin, op.cit, 208
22 Muhaimin & Filosofik & Kerangka Dasar Operasionalnya. (Bandung : Trugenda Karya.1993), 71
http://kangfatih.wordpress.com/
9
Kekurangan dari metode pemberian hukuman, di antaranya :
1) Akan membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.
2) Mengurangi keberanian anak untuk bertindak.
3) Murid akan merasa sempit hati bersifat pemalas, serta penyebabkan ia
suka berdusta (karena takut dihukum).
5. Metode Ceramah
Metode ceramah menurut Ramayulis yaitu penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap siswa di dalam ruangan kelas.23 Sedangkan
Zuharini dkk. Mengemukakakn bahwa metode ceramah adalah suatu
penyampaian materi kepada peserta didik yang dilakukan dengan penerangan
dan penuturan secara lisan.24 Dari definisi di atas bahwa substansi dari metode
ceramah yaitu menerangkan materi kepada peserta didik dengan penuturan
kata atau lisan. Karkateristik yang menonjol dari metode ini adalah peran guru
tampak lebih dominanan. Metode ini berkenaan dengan firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya kami turunkan Al-Qur’an ini dengan
berbahasa Arab, agar kamiu mengerti maksudnya. Kami
riwayatkan kepadamu sebaik-baik certia dengan perantara
Al-Qur’an yang kamu wahyukan kepadamu ini, padahal
sesungguhnya engkau dahulu tidak mengetahuinya” (Q.S.
Yusuf : 2-3).25
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an dengan
bahasa Arab, dan menyampaikannya kepada Nabi Muhamad dengan perantara
malaikat Jibril melalui metode cerita dan ceramah.
23 Ramayulis.: Kalam Mulia. 1990), 102
24 Zuhariani, dkk. Agama. (Surabaya : Usaha Nasional. 1983), 83
25 DEPAG RI.op.cit, 348
http://kangfatih.wordpress.com/
10
Kelebihan dari metode ceramah antara lain :
1) Penggunaan waktu yang efisien dan materi yang disampaikan dapat
sebanyak-banyaknya.
2) Melatih para pelakar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik
sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan sisi ceramah.
3) Tidak membutuhkan waktu yang lama.
Kelemahan dari metode ceramah, antara lain :
1) Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah
menguasai materi.
2) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang.
3) Siswa cenderung bersifat pasif dan kemungkinan siswa memperoleh
konsep yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru.
4) Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat
6. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian materi pelajaran dalam
bentuk pertanyan yang disyaratkan adanya umpan balik berupa jawaban dari
guru kepada murid atau dapat sebaliknya.26 Metode ini termasuk metode yang
paling tua di samping metode ceramah, namun efektifitasnya lebih besar dari
metode yang lain. Karena, dengan metode tanya jawab, pengertian dan
pemahaman dapat diperoleh lebih mantap sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap dapat dihindari semaksimal
mungkin. Firman Allah yang berkaitan dengan metode Tanya jawab adalah :
Artinya : “Bertanyalah kalian pada ahlinya jika kalian tidak
mengetahui” (Q.S. An-Nahl : 43).27
26 Zuharini, dkk.op.cit, 86
27 DEPAG RI,op.cit. 408
http://kangfatih.wordpress.com/
11
Pertanyaan pada metode Tanya jawab ini hendaknya dapat
membangkitkan motivasi dan mendorong inisiatif anak didik sehingga mereka
terangsang untuk belajar. Selian itu pertanyaan hendaknya diajukan kepada
seluruh siswa di kelas, sehingga semua siswa dapat berperan aktif di kelas.
Pemakaian metode Tanya jawab hendaknya untuk materi yang telah
disampaikan.28
Kelebihan dari metode Tanya jawab :
1) Situasi kelas akan lebih hidup karena anak-anak berfikir dan
menyampaikan buah fikirannya.
2) Melatih anak agar berani mengungkapkan pendapatya secara lisan baik
dan benar.
3) Timbuknya perbedaan pendapat di antara anak didik akan menghangatkan
proses diskusi kelas.
4) Guru dapat mengontrol pemahaman murid pada masalah yang
dibicarakan.
5) Merangsang siswa untuk mengembangkan daya fakir, termasuk ingatan.
Kelemahan dari metode Tanya jawab :
1) Menggunakan banyak waktu dalam pelajaran,
2) Jalannya pengajaran kurang terkoorinir secara baik.
3) Dalam jumlah siswa yang banyak itdak mungkin melontarkan pertanyaan
kepada semua siswa.
7. Metode Diskusi
Secara etimologis, diskusi berarti membuat sesuaut menjadi jelas
dengan cara memecahkannya.29 Masyur mengemukakan bahwa diskusi adalah
percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide, serta
28 Armai Arief, op.cit, 143-144
29 Ramayulis,o.cit, 127
http://kangfatih.wordpress.com/
12
pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung
dalam kelompok untuk mencari kebenaran.30
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
adalah cara penyajian materi oleh guru dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan argumenya guna memecahkan suatu
masalah. Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan
cara untuk mendapatkan jawaban dari pemasalahannya.
Kelebihan metode diskusi :
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa dapat menyampaikan argumenya
serta mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang
didiskusikan.
2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, misalnya : sikap
toleransi, demokrasi, befirki kritis, sistematis, sabar dan lain-lain.
3) Membantu individu untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
4) Tidak terjebak ke dalam pikiran individu yang kadang-kadang salah,
penuh prasangka dan sempit.
Kekurangan dari metode diskusi :
1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya
hanya merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung jawab.
2) Memerlukan waktu yang cukup panjang.
8. Metode Kisah
Metode ini adalah suatu penyampaian materi pelajaran dengan
menuturkan kronologis tentang terjadinya suatu peristiwa baik benar atau
berbentuk fiktif saja.31 Metode kisah diisyaratkan pada firman Allah dalam
Al-Qur’an yaitu :
30 Masnyur, dkk Agama Islam. (Jakarta : CV. Forum. 1982), 97
31 Ibid, 99
http://kangfatih.wordpress.com/
13
Artinya : “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat ibarat
bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf : 111).32
Metode kisah dalam pendidikan Islam menggunakan paradigma Al-
Qur’an hadits SAW, sehingga dikenal istilah kisah qur’ani dan nabaqi. Kedua
sumber tersebut memiliki substansi kisah yang valid tanpa diragukan lagi
kebenarannya. Namun terkdang kevalidan sebuah kisah terbentur pada SDM
yang menyampaikan kisah itu sendiri sehingga terjadi banyak kelemahannya.
Maka untuk membatasi kelemahan tersebut setiap pendidik hendaknya
memperhatikan benar alur cerita yang disampaikan, menyeleraskan tema
materi dengan cerita yang akan disampaikan.
Kelebihan metode kisah :
1) Dapat mempengaruhi kecerdasan emosi siswa.
2) Dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat siswa. Karena mereka
akan merenungkan makan dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga
anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topic kisah tersebut.
3) Dapat meningkatkan konsentrasi anak untuk mengikuti peristiwa dan
merenungkan maknanya.
Kekurangan metode kisah :
1) Bersifat monolog dan menjenuhkan
2) Sering ketidakselamatan antara isi serita dengan konteks yang dimaksud
sehingga pencapain tujuan sulit diwujudkan.
9. Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
Pemberian tugas adalah metode yang dilakukan dengan cara siswa
mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran dari buku-buku tertentu, lalu
belajar dan berlatih sendiri sehingga siap bsebagaimana mestinya.33 Adapun
pengertian lain dari metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran di
32 DEPAG RI. Op.cit, 366
33 Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, op.cit, 67
http://kangfatih.wordpress.com/
14
mana guru memberikan sejumlah tugas kepada muridnya, untuk mempelajari
sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggung jawabkannya.
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan
tujuanyang ingin dicapai, jenis tugas, tugas disesuaikan dengan kemampuan
siswa, menyediakan waktu yang cukup dan ada sumber yang dapat membantu
pekerjaan siswa. Dalam Al-Qur’an, prinsip metode resitasi dapat dipahami
dari ayat berikut :
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dalammu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu” (Q.S Al-Qiyamah : 17-18).34
Kelebihan metode pemberian tugas atau resitasi :
1) Dapat dilaksanakan dalam berbagai bidang studi.
2) Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian berkreatif,
berinisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kekurangan metode pemberian tugas atau resitasi :
1) Dikhawatirkan jika tugas itu dikerjakan oleh orang lain atau menyalin
pekerjaan teman.
2) Tugas yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental murid.
10. Metode Sosiodrama
Sosiodrama terdiri dari dua kata yaitu “sosio” yang artinya masyarakat
dan “drama” yang artinya keadaan seseorang atau peristiwa yang dialami
seseorang, sifat dan tingkah lakunya.35 Metode sosiodrama adalah suatu
metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam
34 DEPAG RI, op.cit, 999
35 Ramayulis,o.cit, 158
http://kangfatih.wordpress.com/
15
kehidupan masyarakat (sosial).36 Metode ini bertujuan agar siswa dapat
memahami perasaan orang lain, menggambarkan bagaimana membagi
tanggung jawab, memecahkan masalah, serta melukiskan bagaimana
seharusnya seseorang bertindak atau bertingkah laku dalam situasi dan sosial
tertentu.
Kelebihan metode sosiodrama :
1) Melatih siswa untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian.
2) Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga musah mengambil
kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri.
3) Melatih siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Kekurangan metode sosiodrama :
1) Memerlukan waktu yang cukup panjang.
2) Perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan dalam masyarakat akan
mempersulit mengaplikasikan metode ini.
Prinsip dasar metode sosiodrama terdapat dalam ayat Al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 27-31 yang menceritakan drama yang sangat mengesankan
antara Qabil dan Habil.37 Pada ayat tersebut memberikan gambaran yang
jelas, bagaimana lakon yang dikerjakan oleh Qabil dan ia menyesali
perbuatannya karena melihat perbuatan dirinya dari seekor burung gagak.
11. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran
fiqh, misalnya bagaimana cara berwudlu yang benar, cara sholat, dan lain-
36 Jusuf Djajadisasatra. Islam. (Jakarta : Kalam Mulia. 1990), cet 2, 34
37 DEPAG RI, o.cit, 161
http://kangfatih.wordpress.com/
16
lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari kata “demonstration” yang artinya
memperasakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.38
Kelebihan metode demonstrasi :
1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
3) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas
dan konkrit.
4) Dapat menambah pengalaman peserta didik.
Kekurangan metode demonstrasi :
1) Memerlukan waktu yang relative lama.
2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efektif.
3) Bila siswa tidak aktif maka metode ini menjadi efektif.
12. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok yaitu suatu cara menyajikan materi di mana
guru mengelompokkan siswa yang terdiri dari beberapa orang untuk
menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan
bergotong royong.39 Metode kerja kelompk dapat digunakan bila terdapat
minat dan perbedaan individual anak didik, serta terdapat beberapa pekerjaan
yang perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan.
Kelebihan dari metode kerja kelompok :
1) Melatih dan menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi terhadap
sesama.
2) Timbul rasa kesetiakawanan sosial antara kelompok.
3) Anak-anak pandai dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya
yang kurang pandai.
38 Jusuf Djajadissatra, op.cit, 46
39 M. Tayar Yusuf, op.cit, 58
http://kangfatih.wordpress.com/
17
4) Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk
tampil sebagai kelompok terbaik.
Kelemahan dari metode kerja kelompok :
1) Persaingan yang tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat
memberikan pengertian kepada siswa.
2) Sifat dan kemampuan individu keadaandan terasa terabaikan.
3) Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri atau malas terbuka
kemungkinan akan tetap pasif.
http://kangfatih.wordpress.com/
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pendidikan Islam adalah cara atau jalan yang digunakan oleh
pendidik dalam menyajikan bahan pelajaran agar tujuan pengajaran dapat
tercapai. Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
snagat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan sebuah adigum mengatakan
bahwa metode lebih penting dibanding materi. Dalam pemilihan sebuah metode
lebih penting dibanding materi. Dalam pemilihan sebuah metode harus
mempertimbangkan beberapa faktor di antaranya tujuan yang hendak dicapai,
kemampuan guru, anak didik, situasi dan kondisi pengajaran, waktu, kelebihan
dan kekurangan sebuah metode.
Adapun macam-macam metode antara lain metode keteladanan, metode
pembiasaan, metode pemberian ganjaran, metode pemberian hukuman, metode
ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode kisah, metode resitasi,
metode sosidrama, metode demonstrasi dan lain sebagainya. Penggunaan metode
dalam satu pelajaran dapat menggunakan lebih dari satu macam metode. Metode
yang variatif dapat membangkitkan motivasi didik. Keberhasilan proses
pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas
pendidikan. Sehingga metode pendidikan Islam yang dikehendaki akan membawa
kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara
fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan
pendidikan.

Jumat, 11 November 2011

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN


KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
  1. Pengertian
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab “a’jaza” yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai mu’jizat.[1]
Pakar agama Islam mendefinisikan mukjizat sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.[2]
Ada unsur-unsur penting yang harus menyertai sesuatu sehingga ia dapat dinamai mukjizat, yaitu:
  1. Hal atau peristiwa luar biasa, artinya sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya. Dengan demikian, hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun sekilas terlihat ajaib atau luar biasa namun karena ia dapat dipelajari maka ia tidak termasuk dalam pengertian luar biasa.
  2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku nabi, artinya apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi maka ia tidak dinamai mukjizat.
  3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
  4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani, artinya bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa maka pengakuan sang penantang tidak terbukti. Kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.[3]
Ringkasnya, mukjizat adalah hal luar biasa yang diberikan kepada nabi dan di dalamnya berisi tantangan bagi orang yang ragu.
Walaupun dari segi bahasa, mukjizat berarti melemahkan, namun dari segi agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihanNya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi.[4]
Kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW telah diberikan mukjizat yang bermacam-macam antara lain tongkat yang diberikan kepada Nabi Musa yang dapat menelan semua ular yang didatangkan tukang-tukang sihir, mukjizat dapat menghidupkan orang mati yang diberikan kepada Nabi Isa dan lain-lain.[5]
  1. Macam-Macam Mukjizat
Secara garis besar, mukjizat terbagi dalam dua bagian pokok yaitu, pertama: mukjizat yang bersifat material inderawi lagi tidak kekal, kedua: mukjizat immaterial logis lagi dapat dibuktikan sepanjang masa.
Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan mukjizat jenis pertama yaitu mukjizat yang bersifat material inderawi. Mukjizat yang bersifat material inderawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indera oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya.[6]
Adapun mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah bersifat bukan inderawi atau material namun dapat dipahami oleh akal. Mukjizat al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Mukjizat Al-Quran, perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu pertama, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu sedangkan Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Kedua, menurut Auguste Comte pikiran manusia mengalami tiga fase perkembangan yaitu:
  1. Fase keagamaan dimana karena keterbatasan pengetahuan manusia, ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi kepada kekuatan tuhan atau dewa yang diciptakan dalam benaknya.
  2. Fase metafisika dimana manusia menafsirkan gejala atau fenomena yang ada dengan mengembalikannya kepada prinsip-prinsip yang merupakan sumber awalnya.
  3. Fase ilmiah dimana manusia menafsirkan fenomena yang ada berdasarkan pengamatan yang teliti dan berbagai eksperimen hingga diperoleh hukum alam yang mengatur fenomena itu.[7]
Al-Qur’an mengemukakan alasan mengapa mukjizat Nabi Muhammad SAW bukan yang bersifat inderawi dan material dalam surah Al-Isra’ (17):59 :
$tBur !$oYyèuZtB br& Ÿ@Å™öœR ÏM»tƒFy$$Î/ HwÎ) br& z>¤‹Ÿ2 $pkÍ5 tbqä9¨rF{$# 4 $oY÷s?#uäur yŠqßJrO sps%$¨Z9$# ZouŽÅÇö7ãB (#qßJn=sàsù $pkÍ5 4 $tBur ã@Å™öçR ÏM»tƒFy$$Î/ žwÎ) $ZÿƒÈqøƒrB ÇÎÒÈ
Artinya: “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu  dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka Menganiaya unta betina itu. dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.”[8]
Dengan kata lain, membuktikan kebenaran suatu ajaran dengan menggunakan bukti-bukti yang bersifat inderawi tidak membantu mereka yang telah memiliki kemampuan rasional.
Bangsa Arab yang pada saat yang sama adalah bangsa yang memiliki keahlian dalam aspek kebahasaan dan mereka pun merasa mahir dalam bidang ini, maka tidak heran kalau tantangan pertama yang dikemukakan Al-Qur’an kepada yang ragu adalah menyusun kalimat-kalimat semacam Al-Qur’an minimal dari segi keindahan dan ketelitiannya. Al-Qur’an menantang orang yang mengingkari kewahyuannya itu supaya membuat kitab tandingannya yang sama seperti seluruh isinya dengan tantangan yang bertahap.
  1. Rasulullah Saw. menantang bangsa Arab dengan Al-Qur`an secara keseluruhannya, dalam bentuk cakupan yang luas meliputi seluruh jin dan manusia. Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam surah Al-Isra ayat 88
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #’n?tã br& (#qè?ù’tƒ È@÷VÏJÎ/ #x‹»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù’tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
Artinya: “Katakanlah “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
  1. Karena tidak ada seorangpun yang bisa melawan tantangan Al-Qur’an yang pertama, maka tantangan tahap kedua adalah harus membuat kitab tandingan yang sama dengan sepuluh surah dalam Al-Qur’an. Hal ini dijelaskan dalam surah al-Hud ayat 13-14
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù’sù ÎŽô³yèÎ/ 9‘uqß™ ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÊÌÈ   óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o„ öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌ“Ré& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡•B ÇÊÍÈ
Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”
  1. Karena tantangan kedua masih juga dianggap berat, maka Allah meringankan lagi tantangan tersebut yaitu dengan hanya disuruh membuat tandingan satu surah yang sama dengan Al-Qur’an yang tercantum dalam surah Yunus ayat 38
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù’sù ;ou‘qÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÑÈ
Artimya: “Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.”
Kalau kita meninjau lebih jauh tentang sejarah bangsa Arab maka akan kita temukan bahwa mereka adalah para ahli bahasa dan balaghah, namun keunggulan yang mereka miliki itu membuat mereka tidak mampu untuk mendatangkan tandingan Al-Qur`an. Walaupun mereka telah berupaya keras untuk mencari-cari sisi kelemahan dan kekurangan dalam Al-Qur`an, tapi pada akhirnya upaya mereka tidak membuahkan hasil.
  1. Perbedaan Pendapat Tentang Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai daya I’jaz yang luar biasa dari segala segi. Mulai dari sistimatika susunannya dalam mushaf sampai pemilihan dan penempatan suatu kata dalam kalimat serta redaksi dan makna yang dikandungnya.
Dalam menjelaskan dari aspek mana kemukjizatan al-Qur’an itu, para ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Fakhrudin, aspek kemukjizatan al-Qur’an terletak pada kefasihan, keunikan redaksi dan kesempurnaan dari segala cacat.[9] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Athiyyah yang mengatakan bahwa yang benar dan sesuai dengan pendapat mayoritas ulama dan para intelektual mengenai aspek kemukjizatan al-Qur’an terletak pada keindahan susunan, validitas makna dan keseimbangan dalam kefasihan kata-katanya.[10]
Menurut Muhammad ‘Abdullah Darraz, jika diperhatikan secara seksama dalam al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatan dari segi bahasa. Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru oleh siapapun. Jalinan hurufnya serasi, ungkapannya sangat indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur dan sangat memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macama gayanya.[11]
Nurkholis Madjid, salah seorang ulama Indonesia kontemporer menegaskan salah satu kemukjizatan al-Qur’an itu ialah ekspresi puitisnya yang sangat khas dan unik. Segi kemukjizatan al-Qur’an tidak mungkin tanpa kemampuan tinggi bahasa Arab yang digunakan sebagai medium ekspresinya.[12]
Dr. Abdul Rozzaq Naufal menerangkan bahwa I’jazil al-Qur’an itu ada empat macam yaitu:[13]
  1. Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan dari segi sastra balaghahnya.
  2. Al-I’jazut Tasyri’I yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya.
  3. Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan.
  4. Al-I’jazul Adadi yaitu kemukjizatan segi kuantity atau matematis/statistic.
Lain halnya dengan Imam Al-Khoththoby yang memiliki pendapat berbeda. Menurutnya, kemukjizatan Al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja. [14] Dengan kata lain, kemukjizatan al-Quran itu hanya ada satu aspek saja yaitu Al-I’jazul Balaghi. Dengan susunan uslub yang demikian itu bisa mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan dan keindahan makna.
Ulama yang sepaham dengan Imam Al-Khoththoby ini antara lain, Imam Ali bin Isa Ar-Ramany yang menulis kitab An-Naktu fi I’jazil Qur’ani Al-Balaghi dan Syekh Mustafa Shodiq Ar-Rafii yang mengarang kitab I’jazul Qur’an wa Al-Balaghatu An-Nabaawiyyatu.
Adapun Imam Al-Jahidh juga berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an itu hanya fokus pada satu aspek saja yaitu susunan lafal-lafalnya. Sebab, susunan lafal-lafal Al-Qur’an itu berbeda-beda dari kitab-kitab yang lainnya. Pujangga lain yang sepaham dengannya, antara lain Muhammad bin Jazid Al-Wasithy dalam bukunya I’jazil Qur’an fi Nudzumi wa Ta’lifi, Dr. Fathi Ahmad Amin dalam buku Fikratun Nudzumi Baina Wujuhil I’jazi dan Abd Qodir Al-Jurjany dalam kitab Dalailul I’jaz.[15]
Prof Dr. H. Abdul Djalal H.A mengutip pendapat Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi Al-Ilmi mengatakan, orang yang mengamati Al-Qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Sebelumnya, Imam Zamahsyari dalam tafsir Al-Kassyaf, Imam Tarur Rozi dalam tafsir Mafasil Ghaibi dan Imam Al-Ghazali dalam buku Jawahirul Qur’an sudah terlebih dahulu menyingkapkan I’jazul Ilmi tersebut.[16]
Syekh Abu Bakar Al-Baqilany mengatakan bahwa ada 3 segi kemukjizatan al-Qur’an yaitu berita gaib, cerita umat terdahulu dan susunan yang indah dalam al-Qur’an. Tidak berbeda jauh dengan pendapat yang dikemukakan oleh Al-Qadhi Iyad Al-Basty dimana menurutnya segi kemukjizatan al-Qur’an itu ada empat hal yaitu susunannya yang indah, uslubnya yang berbeda, adanya berita ghaib yang belum terjadi tetapi betul-betul terjadi dan berita ghaib masa lalu dan syariat dulu yang jelas dan benar.
Secara garis besar kemukjizatan A-Quran dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu, pertama dari aspek kebahasaan yang mencakup aspek susunan ayat demi ayat, surat demi surat dalam mushaf serta penempatan suatu kata dan susunannya dalam kalimat. Kedua, dari segi makna yang mencakup aspek makna yang dikandung oleh ayat-ayat Al-Qur’an seperti isyarat ilmiah dan pemberitahuan tentang hal-hal gaib baik pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
  1. Aspek kebahasaan
Kemukjizatan sisi bahasa sudah dirasakan semenjak al Qur’an lahir. Bila ditilik dengan teliti inilah yang menyebabkan para sahabat masuk Islam. Rata-rata mereka masuk Islam setelah mendengarkan al Qur’an dibacakan.
Ayat-ayat Al-Qur’an walaupun-sebagaimana ditegaskanNya-bukan syair atau puisi, namun terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dan kata-kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya.[17] Misalnya dalam surah An-Nazi’at ayat 1-14:
ÏM»tãÌ“»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ   ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ   ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y™ ÇÌÈ   ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y™ ÇÍÈ   ÏNºtÎn/y‰ßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ   tPöqtƒ ß#ã_ös? èpxÿÅ_#§9$# ÇÏÈ   $ygãèt7÷Ks? èpsùÏŠ#§9$# ÇÐÈ   Ò>qè=è% 7‹Í´tBöqtƒ îpxÿÅ_#ur ÇÑÈ   $yd㍻|Áö/r& ×pyèϱ»yz ÇÒÈ   tbqä9qà)tƒ $¯RÏär& tbrߊrߊöyJs9 ’Îû ÍotÏù$ptø:$# ÇÊÉÈ   #sŒÏär& $¨Zä. $VJ»sàÏã ZotÏƒªU ÇÊÊÈ   (#qä9$s% y7ù=Ï? #]ŒÎ) îo§x. ×ouŽÅ %s{ ÇÊËÈ   $oÿ©VÎ*sù }‘Ïd ×otô_y— ×oy‰Ïnºur ÇÊÌÈ   #sŒÎ*sù Nèd ÍotÏd$¡¡9$$Î/ ÇÊÍÈ
Artinya: “Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,  tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (orang-orang kafir) berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?   Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila Kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?” mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
Seorang yang berilmu, apabila membaca Al-Qur’an akan mengetahui keindahannya. Begitu pula apabila yang membacanya orang awam, dia akan merasakan keagungannya, merasakan manisnya dan tidak sulit memahaminya. Sungguh mukjizat yang luar biasa karena al-Qur’an bisa disampaikan dan diterima oleh semua kalangan, baik para cendekiawan, orang awam, raja, rakyat biasa, orang cerdas atau idiot, yang dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
  1. Isyarat Ilmiah
Karena Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi kebahagian dunia dan akhirat, maka tidak heran jika di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Namun, hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al-Qur’an dikemukakan dalam redaksi yang singkat dan sarat makna.
Salah satu contoh, Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan melalui firmanNya dalam surah Al-Anbiya ayat 30:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u‘ $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan oleh observasi para ilmuwan.[18]
  1. Berita Ghaib
Adanya berita ghaib dalam Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa kitab suci tersebut betul-betul wahyu Allah SWT. Karena tidak mungkin hal-hal yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu bias diketahui oleh Nabi apalagi menceritakannya, aklau bukan wahyu dari Allah SWT yang Maha Mengetahui segala rahasia dan kejadian.[19] Berita ghaib itu bias mengenai kejadian yang telah lalu, kejadian sekarang ataupun kejadian yang akan datang. Seperti dalam surah Ar-Rum ayat 2-3
ÏMt7Î=äñ ãPr”9$# ÇËÈ   þ’Îû ’oT÷Šr& ÇÚö‘F{$# Nèdur -ÆÏiB ω÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóu‹y™ ÇÌÈ
Artinya: “Telah dikalahkan bangsa Rumawi.  Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang”
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa bangsa Romawi akan menang terhadap bangsa Persia, setelah dia diakalahkan. Kemenangan bangsa Romawi itu belum terjadi, waktu ayat itu diturunkan. Tetapi, ramalan Al-Qur’an tersebut tepat karena beberpa tahun kemudian bangsa Romawi dapat mengalahkan bangsa Persia.
Pada umumnya, bagi yang tidak mengetahui dan mendalami bahasa Arab, terasa amat sulit untuk menemukan dimana letak kemukjizatan Al-Qur’an karena untuk mengetahui ketinggian mutu sesuatu susunan kata-kata tidak akan dapat dipahami, kalau kita tidak dapat merasakan keindahan bahasa itu sendiri. Namun, cukuplah kalau diketahui bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap sastrawan penantang Islam dan reaksi mereka terhadap tantangan Al-Qur’an itu sendiri, karena pengakuan musuh Islam adalah bukti yang nyata.
Al-Qur’an juga menunjukkan kesempurnaanya dengan kandungan makna. Berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang bersumber dari penelaahan Al-Qur’an merupakan suatu kemukjizatan yang luar biasa. Sebelum seorang ilmuwan menemukan suatu ilmu pengetahuan, Al-Qur’an telah menjelaskannnya beberapa abad tahun yang lalu baik secara tersurat maupun tersirat.
Menurut hemat penulis, tidak ada pendapat yang keliru dalam penentuan aspek kemukjizatan Al-Qur’an. Baik itu pendapat yang menyatakan bahwa aspek kemukjizatan Al-Qur’an itu dari segi bahasa, isyarat ilmiah, berita gaib ataupun dari segi manapun itu. Karena untuk menentukan kemukjizatan Al-Qur’an adalah hasil telaah dari orang yang ingin menggali aspek kemukjizatan Al-Qur’an itu sendiri.
Apabila orang tersebut adalah seorang yang ahli dalam bidang bahasa maka kemungkinan besar pendapatnya akan mengarah kepada segi bahasa. Lain halnya seorang ahli dalam ilmu pengetahuan maka kemungkinan besar pendapatnya akan  akan mengarah kepada segi makna atau isi kandungan Al-Qur’an.

I.                   PENDAHULUAN
Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rasul-Nya sebelum nabi Muhammad SAW dapat dikatakan hanya tinggal kenangan yang terukir dari mulut kemulut, dan tertulis dalam berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Akan tetapi mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an, hingga kini, nanti, besok, bahkan sepanjang perputaran bumi ini akan terus tetap eksis terjaga sebagaimana terjaganya Al-Qur’anul karim. Banyaknya kontroversi pemikiran dan perdebatan pendapat tentang arti, definisi, aspek kemukjizatan Al-Qur’an yang terus berlanjut dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat ini, nampaknya bisa menjadi bukti bahwa Al-Qur’an akan terus eksis dikaji oleh kaum muslimin, bahkan non-muslim. Lebih-lebih ketika pemikiran telah berkembang, i’jaz qur’an bukan hanya ditinjau dari beberapa penelitian tentang kebahasaan, makna, atau balaghah saja. Namun IPTEK (ilmu pengetahuan dan tekologi)`pun turut membuktikannya. Oleh karenaya i’jaz  qur’an ini sangat menarik dan penting  untuk kita kaji sebagai bentuk sumbangsih pemikiran kita sebagai umat nabi yang dikaruniai mu’jizat terbesar ini.

II.                PEMBAHASAN
A.                 Pengertian I’jazul Qur’an

Kata i’jaz diambil dari akar kata a’jaza-yu’jizu. Al-‘ajzu yang  secara harfiyah antara lain berarti lemah,tidak mampu, tidak berdaya. Lawan kata dari al-qudroh yang berati sanggup, mampu atau kuasa. I’jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu ini,sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya: ”...mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.” ( QS. Al-maidah : 31).
Lebih jauh Al-Qaththan mendefinisikan i’jaz dengan “Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya dengan cara membuktikan kelemahan orang arab dan genersi sesudahnya untuk menandingi Al-Qur’an”[1]
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat. Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).[2]
Istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim diartikan dengan al-‘ajib, maksudnya adalah sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau mengherankan) karena orang lain tidak ada yang sanggup menandingi atau menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan amrun khoriqun lil’adah, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.[3]
Adapun Manna’ Al-Qaththan mendefinisikan dengan hal serupa “amrun khariqun lil’adah maqrunun bit tahaddiy salimun ‘anil mu’arodhoh”, yakni suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak dapat ditandingi.

B.                 Macam-macam Mu’jizat Al-Qur’an
Dalam menjelaskan macam-macam mukjizat Al-Qur’an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing.
Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu Al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa i’jazil qur’an itu ada 4 macam, sebagai berikut:
a.       Al-I’jaz balaghi: kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul pada ma peningkatan mutu bahasa arab.
b.      Al-I,jazut tasyri’i: kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at islam.
c.       Al-I’jazul ilmu: kemukjizatan segi ilmu pengetahuan , yang muncul pada masa kebamgkitan ilmu dan sain dikalangan umat islam.
d.      Al-I’jazul adadi: kemukjizatan segi kuantity atau matematis/statistik, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang.
Beliau mencontohkan:
§         Kata iblis disebutkan dalam qur’an sampai 11 kali/ayat. Maka ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali pula.
§         Kata sihir dengan segala bentuk tasrifnya dalam al-qur’an disebutkan sampai 60 kali/ayat, dan kata fitnah yang merupakan sebab dari sihir itu juga disebut sampai 60 kali pula.
Sedangkan Imam Al-Khothoby (wafat 388 H) dalam buku Al-Bayan Fi I’jazil Qur’anI’jazul Qur’an itu hanya satu macam intinya, yaitu hanya Al-I’jazul Balaghi. Beberapa ulama yang sepaham dengan Imam Al-Khothobi diantaranya: Imam Ali Bin Isa Ar-Ramany (wafat 384 H) yang menulis kitab An-Naktu Fi I’jazil Qur’ani Al-Balaghi dan Syeikh Musthofa Shodiq Ar-Rafii yang mengarang kitab I’jazul Qur’an wa Al-Balaghatu An-Nabaawiyyatu. mengatakan, bahwa kemujizatan Al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghan saja. Dengan kata lain, beliau menganggap bahwa
Adapun Imam Al-Jahidh (wafat 255 H) di dalam kitab nuzdumul qur’an dan hujajun nabaawiyah serta al-bayan wa at-tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-qur’an itu terfokus pada bidang lafal-lafalnya saja, yaitu kemukjizatan susunannya, dengan semboyan: innal I’jaza innama huwa fin nadhmi. Sebab memang susunan lafal-lafal al-qur’an ini berbeda dari kitab-kitab lain dan sungguh menakjubkan.
Moh. Ismail ibrahim dalam buku yang berjudul al-qur’an wa I’jazihi al-ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Beliaupun menyimpulkan bahwa fokus kemu’jizatan Al-Qur’an adalah I’jazil ilmi.[4]

C.                 Pendapat Ulama tentang I’jaz
Pada dasarnya para ulama sepakat tentang kemukjizatan Al-Qur’an dalam konteksnya yang sangat luasdan sebagai satu kesatuan yang bersifat holistik. Hanya saja mereka berlainan pendapat dalam hal pemaparan kemukjizatan Al-Qur’an secara rinci dan bagian demi bagian.
Menurut Golongan Sharfah, salah satunya adalah Abu Ishaq Ibrahim An-Nazhzham (321 H-933 M) yang oleh Musthafa Shodiq Ar-Rafii dituduh sebagai setan para teolog (syaithanul mutakallim) mengemukakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an bukanlah terletak pada kehebatannya. Melainkan lebih dikarenakan sharfah (proteksi) dari Allah SWT terhadap para hamba-Nya. Lebih dari itu, tambah An-Nazhzham, Allah SWT tidak hanya memprotek kemampuan manusia untuk menandingi Al-Qur’an, akan tetapi juga membelenggu kefasihan lidah mereka.
 Pendapat serupa juga diutarakan oleh Al-Murtadha -seorang tokoh dari kalangan madzhab syi’ah- bahwa I’jaz al-qur’an  terjadi karena as-sharfah dari Allah. Menurutnya, allah sengaja mematikan  kreatifitas dan kemampuan orang arab dari kemungkinan mereka menandingi al-qur’an. Padahal pada dasarnya mereka berkemampuan melakukan itu. Sharfah allah kepada hambanya inilah, sesungguhnya  yang mengakibatkan (al-qur’an) tidak mengikuti tradisi, tambah Al-Murtadha.[5]
Menurut Imam Fakhruddin, aspek kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada kefasihan, keunikan redaksi, dan kesempurnaannya dari segala bentuk cacat.
 Menurut Az-Zamlakani, aspek kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada penyusunan yang spesifik.
Menurut Ibnu Athiyyah, aspek kemukjizatan Al-Quran yang benar dan yang dianut oleh mayoritas ulama-diantaranya-Al-Haddad-terletak pada runtutnya, makna-maknanya yang dalam, dan kata-kata yang fasih.
Menurut Quraish Shihab, memandang kemukjizatan Al-Qur’an dalam 3 aspek:
-Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.
-Berita tentang hal-hal ghaib.
-Isyarat-isyarat ilmiyah (kejadian-kajadian alam).

III.             PENUTUP
A.                 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an sesungguhnya tidaklah dapat dipungkiri adanya. Hanya saja beberapa ulama  memandang I’jaz bukan dari kehebatan yang ada di dalam Al-Qur’an melainkan lebih karena faktor luar yang sekilas seperti memojokkan Allah SWT.
B.                 SARAN
Menaggapi perbedaan ini kita hendaknya kita memandang memang Allah mempuyai sifat al-qahhar (maha kuasa) juga al-jabbar (maha perkasa). Sehingga wajar jika manusia lemah atau dilemahkan. Kemudian dibalik apa yang telah kita kaji tadi semoga dapat kita jadikan media pembelajaran awal yang melanjutkan kita pada pembelajaran Qur’an yang lebih mendalam.



DAFTAR PUSTAKA
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘ulum Al-Qur’an
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma,MA. SH., Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A,Ulumul Qur’an // Fajar MM